Leksana TH

Karir profesional saya dimulai di dunia konsultasi strategi, sebuah lingkungan yang mengutamakan intelektual, presisi, dan eksekusi yang terukur. Pengalaman di ranah ini mengajarkan saya merancang organisasi, menavigasi kompleksitas, dan menghadirkan solusi yang nampak sempurna. Namun ketika rencana-rencana strategis tadi  bertemu realitas organisasi, respon manusianya bisa berbeda sekali. Resistensi muncul dan momentum terhenti. Apa yang terlihat pasti di ruang rapat direksi menjadi tantangan besar dalam fase implementasinya.

​

Saya jadi sadar bahwa memecahkan masalah yang seolah terlihat jelas tapi luput perhatian di 'living system' akan berefek kegagalan. Suara BOD dan pemegang saham lebih didengar, namun dinamika manusianya seperti rasa takut, loyalitas, dan aturan tak tertulis perlu diberi tempat. karena yang menjadi penentu perilaku di lapangan untuk suksesnya strategi adalah faktor dinamika manusia dan sistemnya. Saya menjadi semakin tertarik untuk mempelajari aspek ini. 

​

Kebetulan saat itu, setelah berbulan-bulan penugasan di luar negeri, saat kembali ke rumah putri saya yang hampir genap  dua tahun hanya memandang saya saat bertemu di pintu masuk dan tidak mau memanggil saya 'ayah'. Saya tertegun sepertinya dia lupa wajah saya. Di saat itu belum ada kemudahan teknologi seperti Zoom. Kejadian itu seketika menjadi titik balik yang menyadarkan saya arti sejati dari kehadiran seorang ayah di tengah keluarga.

​

Karena ingin tetap dekat dengan keluarga, saya memutuskan berpindah karir ke perusahaan keuangan global. Namun di sini muncul pengalaman unik saat mengalami sendiri nilai-nilai yang dinyatakan penting ternyata jarang dipraktikkan dalam keseharian. Sebaliknya kesuksesan lebih diukur dari apa yang ditampilkan. Prosesnya seperti diabaikan. Saya merasa ragu terus maju dalam sistem yang menghargai konformitas dan ada nilai integritas yang saya perlu kompromikan.  Di titik itu saya putuskan untuk menciptakan jalan saya sendiri dengan mendirikan SSC yang misinya memfasilitasi transformasi dan melibatkan lebih dalam sistem serta elemen manusia di organisasi. 

​​

Saya menyadari ini tidak mudah maka saya mulai dengan mencari para mentor dan praktisi yang dapat meningkatkan ilmu saya tentang perubahan organisasi dari sisi manusianya. Melanglangbuana ke empat benua, proses pembelajaran saya melalui berbagai pendekatan. Dari NLP, hipnoterapi, ontology coaching, U theory, adaptive leadership sampai  ke ilmu yang mengajarkan saya aspek dan kekuatan tak terlihat yang membentuk dinamika organisasi. Dimentor oleh para ahli dari berbagai disiplin, pembelajaran saya berfokus pada penyatuan aspek sistem kemanusiaan yang dapat mengubah keutuhan dan kekuatan organisasi.

​

Saya belajar menerapkan apa yang saya pelajari di sesi transformatif tim, kepemimpinan melalui proyek dengan klien klien dari berbagai organisasi. Saya mulai menghayati seni memfasilitasi perubahan secara organik dan berimpack. Pemimpin dan anggota tim mulai melihat satu sama lain dengan perspektif baru. Keselarasan tim diperoleh kembali. Perubahan transformatif tidak lagi hanya keharusan pencapaian angka keuangan yang ditetapkan secara eksternal, melainkan tentang melancarkan aliran pertukaran pemikiran, ide, energi dan keharmonisan antar para pelaku di tubuh internal organisasi.

​

Saat ini, SSCLeadership fokus sebagai spesialis transformasi organisasi dan fasilitasi coaching kepemimpinan. Saya menggabungkan pemahaman atas kesadaran sistemik dan dimensi kemanusiaan di organisasi. Melalui fasilitasi para pemimpin, hambatan tersembunyi dapat ditemukan, responnya menjadi  lebih sinkron dengan tantangan, impacknya terasa sampai ke kinerja.

​

Perjalanan di SSC selama 28 tahun juga menyentuh aspek kehidupan keluarga. Apa yang saya pelajari mempengaruhi cara saya mendengarkan di rumah.  Putra putri saya telah beranjak dewasa, masing-masing menjalani karir sesuai panggilan jiwa mereka. Saya yakin bahwa setiap transformasi organisasi yang terjadi jika menginginkan perubahan nyata dan berkelanjutan perlu dimulai dari kepedulian, kehadiran, niatan untuk terbuka, menjadi sadar, dan komitmen sepenuhnya untuk menyikapi apa yang perlu berproses.