top of page

SANG ARSITEK BUDAYA: Mengapa Atmosfer Organisasi Anda Adalah Keunggulan Kompetitif Terbesar Anda

  • Gambar penulis: Leksana TH
    Leksana TH
  • 8 Sep 2020
  • 7 menit membaca

Bagaimana pemimpin beralih dari sekadar jargon untuk membangun ekosistem kepercayaan, inisiatif, dan keterlibatan


Kita semua pernah melihat poster di dinding. Kata-kata seperti "Kepercayaan," "Inovasi," "Kolaborasi," dan "Autentisitas" dipajang dengan huruf tebal yang indah di lobi dan ruang rapat di seluruh dunia. Namun, di banyak organisasi yang sama, kepercayaan adalah barang langka, inovasi terhambat oleh birokrasi, kolaborasi adalah perang perebutan wilayah, dan autentisitas terasa seperti risiko karier yang rentan.

Mengapa kesenjangan ini, yaitu jurang budaya, terbentuk karena adanya beda antara nilai-nilai yang kita nyatakan dan kenyataan yang kita jalani?

Jawabannya adalah bahwa budaya berkinerja tinggi bukanlah kumpulan cita-cita yang independen. Ia adalah sebuah ekosistem yang hidup. Kualitas-kualitas ini bukanlah pilar yang terpisah melainkan rantai yang berurutan dan saling bergantung. Inisiatif tidak dapat ada tanpa keterbukaan. Keterbukaan tidak mungkin terjadi tanpa keamanan psikologis. Dan keamanan sepenuhnya dibangun di atas landasan kepercayaan dan autentisitas kepemimpinan.


Pemimpin yang efektif memahami hal ini. Mereka tahu peran mereka bukanlah sebagai mandor, yang sekadar menuntut hasil-hasil ini. Mereka adalah arsitek dan tukang kebun yang merancang sistem dan kemudian memelihara lingkungan di mana kebiasaan-kebiasaan ini dapat muncul dan tumbuh subur secara organik.

Ini bukanlah pekerjaan yang enteng. Ini adalah pekerjaan kepemimpinan yang paling sulit dan paling penting. Ini adalah cara Anda membangun organisasi yang tidak hanya berkinerja, tetapi juga jadi tumbuh berkembang.



ree

1. Landasan: Dari Kepemimpinan Autentik Menuju Keamanan Psikologis


Semuanya dimulai dengan kepercayaan. Inilah lapisan fundamental, seperti tanah tempat tumbuhnya segala sesuatu. Tanpanya, tidak ada hal lain yang mungkin terjadi. Namun "kepercayaan" adalah istilah yang kurang begitu jelas. Dalam konteks organisasi, kepercayaan dibangun di atas dua hal: prediktabilitasĀ dan kerentanan.

Karyawan harus percaya bahwa tindakan seorang pemimpin akan konsisten dengan kata-katanya (prediktabilitas). Tetapi yang lebih penting, mereka perlu sekali merasa aman untuk menjadi manusia apa adanya (kerentanan). Di sinilah kepemimpinan autentikĀ beralih dari jargon menjadi perilaku yang kritis diperlukan.

Pemimpin yang autentik tidak berpura-pura sempurna. Mereka tidak memiliki semua jawaban, dan mereka mengakuinya. Mereka mengakui kesalahan mereka secara publik. Mereka setia pada nilai-nilai mereka, bahkan ketika itu sulit. Kerentanan ini bukanlah kelemahan; justru perilaku inilah yang memberi dorongan kepada orang lain untuk bersikap jujur dan apa adanya.

Seperti yang ditulis oleh peneliti BrenƩ Brown:

"Keterbukaan atas kerentanan (vulnerability) adalah tempat lahirnya inovasi, kreativitas, dan perubahan. Itu adalah jalan untuk kembali terhubung satu sama lain."

Ketika seorang pemimpin mencontohkan ini, mereka menciptakan prasyarat terpenting untuk tim berkinerja tinggi yaitu keamanan psikologis (psychological safety). Ini adalah keyakinan bersama bahwa seseorang dapat angkat bicara, menawarkan ide yang bahkan mungkin terdengar agak aneh, menantang status quo, atau mengakui kegagalan tanpa takut dipermalukan atau dihukum.

Contoh di Dunia Nyata: Alan Mulally di Ford Ketika Alan Mulally mengambil alih Ford pada tahun 2006, perusahaan itu sedang merugi besar. Ia mewarisi budaya laporan status "Merah, Kuning, Hijau" yang brutal di mana dasbor setiap eksekutif adalah lautan "hijau", bahkan saat perusahaan sedang runtuh. Mengapa? Karena menunjukkan "merah" (masalah) adalah langkah yang pasti menuju mengakhiri karir. Dalam sebuah rapat awal, seorang eksekutif pemberani, Mark Fields, akhirnya menunjukkan status "merah" untuk peluncuran produk besar. Ruangan menjadi hening, bersiap untuk "eksekusinya". Alih-alih marah, Mulally mulai bertepuk tangan. "Mark," katanya, "Saya sangat menghargai visibilitas yang jelas itu." Dia kemudian bertanya kepada ruangan, "Apa yang bisa kita lakukan sebagai tim untuk membantu Mark?" Dalam satu momen yang autentik dan dalam situasi yang rentan itu, Mulally membongkar budaya ketakutan yang telah berlangsung selama satu dekade. Dia menggantinya dengan keamanan psikologis. Dia memperjelas bahwa kebenaran bukanlah pelanggaran yang dapat dipecat namun itu adalah satu-satunya hal yang akan menyelamatkan mereka.



2. Katalis: Memicu Inisiatif dan Keterbukaan Sejati


Begitu landasan keamanan psikologis diletakkan, budaya siap untuk katalisnya: inisiatifĀ dan keterbukaan.


Banyak pemimpin mengatakanĀ mereka menginginkan karyawan proaktif, tetapi tindakan mereka mengutamakan kepatuhan. Mereka mempraktikkan manajemen mikro, menyukai persetujuan berlapis, dan (seringkali tanpa sadar) menghukum kegagalan. Budaya yang mempromosikan inisiatif tidak hanya membuat karyawan tumbuh rasa memilikinya (sense of ownership) tetapi budaya itu juga menaruh harapan agar semua karyawan jadi ikut seperti itu.


Ini menuntut para pemimpin untuk mengalihkan peran mereka dari "sutradara" (yang lebih mengarahkan) menjadi "fasilitator" (yang memastikan proses terjadinya pertukaran pemikiran).


  • Mereka memberikan misi, bukan aturan kaku:Ā Mereka mendefinisikan mengapaĀ dan apa, tetapi mereka memercayai tim mereka untuk menentukan bagaimana. Rasa otonomi inilah yang menjadi bahan bakar dari rasa ikut memiliki.

  • Mereka membingkai ulang kegagalan:Ā Dalam budaya yang ada rasa aman, kegagalan bukanlah peristiwa yang harus dihukum melainkan data yang harus dianalisa. Pemimpin perlu membedakan antara tindakan yang patut disalahkan (kelalaian, ketidakpatuhan) dan tindakan yang patut dipujiĀ (seperti mengambil risiko yang cerdas, eksperimen yang bagus walaupun hasilnya buruk).


Di sinilah inisiatif terhubung langsung dengan keterbukaan. Budaya inisiatif membutuhkanĀ budaya keterusterangan. Para pemimpin perlu secara aktif, dan berulang kali, mengkondisikan perspektif yang beragam, terutama yang berbeda pendapat. Mereka harus mendengarkan dengan penuh perhatian dan merespons secara konstruktif, bukan defensif. Ketika karyawan melihat bahwa umpan balik mereka mengarah pada perubahan nyata (atau diberi penjelasan yang menghargai mengapa tidak), mereka merasa dihargai, dan budaya perbaikan berkelanjutan pun akan tumbuh dengan sendirinya.


Contoh di Dunia Nyata: 3M dan Post-it Note

Kisah Post-it Note adalah studi kasus legendaris dalam inisiatif, keterbukaan, dan "kegagalan yang patut dipuji". Seorang ilmuwan 3M, Dr. Spencer Silver, sedang mencoba menciptakan perekat super kuat. Dia gagal, malah menciptakan perekat yang sangat lemah dan "lengket sebagian" yang dapat digunakan kembali. Menurut sebagian besar metrik, ini adalah kegagalan.

Namun budaya 3M, yang dibangun di atas prinsip "bootlegging" (mengizinkan staf R&D menggunakan 15% dari waktu mereka untuk proyek pribadi), berarti perekat yang "gagal" itu tidak dibuang. Silver (inisiatif) membagikan penemuannya secara terbuka di dalam perusahaan selama bertahun-tahun. Barulah ketika rekan lain, Art Fry (kolaborasi), mendengarnya dan menyadari itu bisa memecahkan masalahnya tentang penanda buku yang jatuh dari buku yang memuat lagu lagu yang disukainya, Post-it Note pun lahir.

Produk bernilai miliaran dolar ini hanya ada karena kepemimpinan 3M membangun sistem yang melindungi adanya "kegagalan", mendorong keterbukaan, dan memberi karyawan otonomi untuk mengambil inisiatif.



3. Roda Gila (Flywheel): Mencapai Kolaborasi Mendalam dan Keterlibatan Jangka Panjang


Ketika Anda memiliki budaya yang dibangun di atas kepercayaan dan dikatalisasi oleh inisiatif, efek roda gila yang kuat mulai berputar, menciptakan kolaborasiĀ sejati dan keterlibatanĀ yang mendalam.

KolaborasiĀ bukan hanya tentang "kegiatan membangun tim" atau rapat lintas fungsi. Kolaborasi sejati adalah apa yang terjadi ketika silo—yang dibangun dari ketakutan dan saling melindungi wilayah masing-masing, menjadi tidak relevan. Dalam lingkungan dengan kepercayaan tinggi dan inisiatif tinggi:


  • Tujuan (misi) bersama mengalahkan kepentingan individu.Ā Para pemimpin memastikan semua orang memahami misi inti organisasi. Tujuan bersama ini menjadi petunuk arah seperti "Bintang Utara" yang menyelaraskan semua tim, menjadikan tujuan departemen menjadi nomor dua setelah kemenangan kolektif.

  • Informasi mengalir dengan bebas.Ā Keterbukaan dan keamanan psikologis berarti karyawan tidak menyimpan informasi untuk membuat diri mereka sangat diperlukan. Mereka berbagi pendapat, saling membantu rekan kerja, dan merayakan kemenangan kolektif, karena tahu bahwa "air yang pasang mengangkat semua perahu".


Lingkungan inilah yang menjadi pendorong utama keterlibatan (engagement). Keterlibatan bukan tentang perayaan seremonial atau pemberian penghargaan sesaat. Itu semua bersifat sementara. Keterlibatan adalah komitmen emosional yang mendalam yang dimiliki seorang karyawan terhadap pekerjaan mereka dan kesuksesan organisasi.


Keterlibatan semacam ini adalah hasil alamiĀ dari budaya yang menyediakan:

  1. Tujuan (Purpose):Ā Jawaban yang jelas untuk "Mengapa pekerjaan saya penting?" (visi pemimpin).

  2. Otonomi (Autonomy):Ā Kebebasan untuk memiliki pekerjaan saya (kepercayaan dan pemberdayaan pemimpin).

  3. Penguasaan (Mastery):Ā Kesempatan untuk menjadi lebih baik dalam apa yang saya lakukan (komitmen pemimpin untuk bertumbuh).

Contoh Dunia Nyata: Satya Nadella di Microsoft Sebelum Satya Nadella menjadi CEO pada tahun 2014, Microsoft terkenal dengan budaya kompetisi internal yang brutal dan terkotak-kotak ("stack ranking"). Departemen seperti Windows dan Office saling berperang.


Tindakan pertama Nadella adalah mengubah budaya ini. Dia membingkai ulang seluruh misi perusahaan, melabuhkannya dalam empati dan "pola pikir bertumbuh" (beralih dari budaya "sok tahu" menjadi "selalu ingin belajar"). Dia memaksa divisi-divisi yang berseteru untuk berkolaborasi dengan mengikat kesuksesan mereka pada tujuan bersama: "memberdayakan setiap orang dan setiap organisasi yang ada untuk mencapai lebih banyak."

Hasilnya? Microsoft mulai membuat perangkat lunaknya (seperti Office) tersedia di platform saingan (seperti iOS Apple)—sebuah tindakan yang sebelumnya dianggap tabu. Pergeseran ke kolaborasi dan tujuan bersama ini membuka nilai triliunan dolar dan membangkitkan kembali keterlibatan tenaga kerja yang telah stagnan.



4. Hasil Akhir: Ekosistem yang Berkelanjutan


Ketika elemen-elemen ini: Kepercayaan, Autentisitas, Inisiatif, Keterbukaan, Kolaborasi, dan Keterlibatan, dirangkai bersama, manfaatnya tidak hanya aditif; mereka eksponensial.

Ini bukan sekedar daftar sederhana untuk memupuk suatu budaya positif. Ini adalah siklus ekosistem yang berkelanjutan dengan sendirinya:


  • Budaya kepercayaan dan autentisitasĀ menciptakan keamanan psikologis, yang secara dramatis mengurangi pergantian karyawan (turnover).

  • Rasa aman ini membuka inisiatif dan keterbukaan, yang mengarah pada lonjakan inovasi dan pemecahan masalah yang lebih cepat.

  • Lingkungan dinamis ini menumbuhkan kolaborasiĀ sejati, yang meruntuhkan sikap terkotak-kotak (silo) dan meningkatkan kecepatanĀ serta kualitas pengambilan keputusan.

  • Akhirnya, seluruh ekosistem tujuan, otonomi, dan kolaborasi ini menciptakan keterlibatanĀ yang mendalam, yang meningkatkan produktivitasĀ dan kualitas.


Dan roda gila itu memulai putaran berikutnya: budaya positif dan berkinerja tinggi ini menjadi magnet untuk menarik talenta terbaik generasi berikutnya, yang mencari pekerjaan bermakna, bukan hanya gaji. Budaya Anda menjadi aset strategis nomor satu Anda.


Mandat Pemimpin: Budaya Anda Adalah Cerminan Kepemimpinan


Kepemimpinan adalah awal dan akhir dari perjalanan ini. Budaya organisasi mana pun tidak lebih dari cerminan nilai-nilai, perilaku, dan, yang paling penting, apa yang ditoleransi oleh kepemimpinannya.


Anda tidak dapat mendelegasikanĀ pembentukan budaya. Anda tidak dapat mengumumkannya dalam sebuah memo. Budaya dibangun dalam momen-momen kecil sehari-hari:


  • Ia dibangun saat Anda mendengarkanĀ dan bukannya hanya menunggu untuk berbicara.

  • Ia dibangun saat Anda bertanya "Apa yang kita pelajari?"Ā dan bukan "Siapa yang salah?"

  • Ia dibangun saat Anda memberi pujian kepada orang lainĀ atas kesuksesan dan mengambil tanggung jawab pribadiĀ atas kegagalan.

  • Ia dibangun saat Anda melindungi orang yang berbeda pendapatĀ dan berterima kasih atas kejujuran serta keterbukaan mereka.

Menciptakan budaya ini membutuhkan komitmen yang berkelanjutan dan kesadaran. Ini bukan proyek yang harus diselesaikan, tetapi sebuah taman yang harus dirawat dengan baik.


Jadi, ajakan untuk bertindak ini sederhana, tetapi tidak mudah. Lihatlah ke cermin.

  • Bagaimana AndaĀ mencontohkan apa yang disebut sebagai kerentanan?

  • Kapan terakhir kali Anda menghargai sebuah kegagalan yang cerdas?

  • Satu perilaku apa yang dapat Anda ubah, mulai hari ini, untuk menjadikan keamanan psikologis sebagai kenyataan bagi tim Anda?

Budaya organisasi Anda adalah cerminan langsung dari kepemimpinan Anda. Apa yang Anda lihat di cermin Anda?


Leksana TH

bottom of page