top of page

SENI MEMBERI DAN MENCIPTAKAN RUANG - Kekuatan Transformative Kepemimpinan

  • Gambar penulis: Leksana TH
    Leksana TH
  • 17 Jan 2022
  • 4 menit membaca

Diperbarui: 6 Nov


Seni Memberi Ruang
Seni Memberi Ruang

Di dunia yang terobsesi dengan kecepatan, hasil (output), dan dorongan untuk "memperbaiki," bagaimana jika tindakan kepemimpinan yang paling kuat bukanlah melakukanĀ sesuatu, melainkan menjadiĀ (being) sesuatu?


Dalam kepemimpinan dan coaching, ada sebuah praktik halus namun mendalam yang menantang narasi ini: "memberi ruang" (holding space). Seni ini melampaui sekadar kata-kata dan teknik. Ini bukanlah semacam alat untuk digunakan, melainkan kualitas kehadiran (presence) sebagai suatu pemberian perhatian penuh Anda. Pada intinya, memberi ruang (holding space) adalah tindakan sadar yang dilandasi welas asih, keterbukaan, dan sikap menerima. Ini adalah keputusan untuk menciptakan lingkungan di mana orang lain dapat dengan aman menjelajah, berefleksi, dan tumbuh secara otentik, sesuai dengan cara mereka sendiri.


Landasan: Dari Perhatian Penuh Menuju "Wadah yang Bersih"

Praktik memberi ruang dimulai dari "menelusuri keheningan didalam diri sendiri - pekerjaan batin" (inner work) seorang pemimpin. Ini dimulai dengan sumber daya modern yang paling langka: perhatian sadar dan penuh yang tak terpecah. Perhatian kita mencerminkan kondisi batin kita; ini mengungkapkan di mana kepedulian dan rasa hormat kita sesungguhnya berada. Ketika kita memberikan kehadiran kita yang penuh dan terfokus, kita berkomunikasi tanpa kata, "Anda berharga. Pengalaman Anda penting." Tingkat fokus inilah yang menjadi landasan kepercayaan.

Namun perhatian saja tidak cukup; ia harus berada dalam "wadah yang bersih". Bayangkan menciptakan sebuah ruang dari empati dan rasa ingin tahu, bukan dari materi fisik. Untuk menjaga wadah ini tetap bersih, kita harus secara sadar melepaskan:

  • Asumsi dan Penghakiman:Ā Menghadapi momen dengan "pikiran seorang pemula" (beginner's mind).

  • Ekspektasi:Ā Melepaskan keterikatan pada hasil tertentu.

  • Dorongan untuk Mengendalikan:Ā Menahan keinginan untuk menasihati, mengarahkan, atau "mengetahui" jawabannya.

Wadah bersih ini tidaklah pasif. Ia adalah sebuah medan yang aktif, terbuka, dan reseptif (siap menerima), yang siap menampung apa pun yang muncul. Dengan menolak mengendalikan hasil, kita mengundang otentisitas dan mengizinkan orang lain menggali kebenaran mereka sendiri.


Kekuatan Jeda: Keheningan sebagai Kanvas untuk Wawasan

Di dalam wadah ini, keheningan bukanlah kekosongan hampa yang harus diisi; ia adalah alat yang mendalam dan aktif. Ia adalah kanvas kosong tempat pikiran dan emosi akhirnya dapat terungkap tanpa paksaan.

Di saat-saat hening ini, kita menyediakan ruang mental dan emosional agar wawasan muncul. Penulis Nancy Kline menyebutnya "Waktu untuk Berpikir" (Time to Think), sebuah ruang di mana mendengarkan secara mendalam menghubungkan hati, pikiran, dan intuisi (gut). Dalam keheningan, kita membiarkan empati mengakar dan transformasi bertumbuh. Kita menawarkan penghormatan yang hening (quiet reverence) terhadap proses yang terjadi di dalam diri orang tersebut, percaya bahwa mereka memiliki kebijaksanaan mereka sendiri.


Praktik transformatif dalam memberi ruang untuk memperdalam hubungan dan mendorong pertumbuhan pribadi.
Praktik transformatif dalam memberi ruang untuk memperdalam hubungan dan mendorong pertumbuhan pribadi.


Medan Sakral: Tempat Kebijaksanaan dan Kepercayaan Muncul

Ketika wadah berisi perhatian dan keheningan ini dijaga, sesuatu yang luar biasa terjadi. Ruang itu sendiri menjadi generatif (membangkitkan ide sendiri). Inilah "medan morfik"—sebuah ruang emosional dan intelektual bersama yang mengundang kebijaksanaan kolektif untuk muncul ke permukaan.


Seperti alat ekskavator, kita tidak lagi hanya mendengarkan kata-kata; kita membantu menggali mutiara wawasan yang terkubur di bawah permukaan. Medan ini mendorong eksplorasi perspektif baru dan memelihara kemungkinan terobosan (ide, solusi, tindakan baru yg kreatif).


Kesakralan medan ini datang langsung dari sifat alamiahnya yang tidak menghakimi (non judgemntal nature). Medan ini adalah hamparan luas yang ramah, tak terbebani oleh penilaian atau bias. "Kekosongan" ini menjadi ruang vital di mana energi segar, ide-ide baru, dan emosi tulus dapat mengalir tanpa rasa takut. Medan itu sendiri menjadi menyegarkan (merevitalisasi), menanamkan kepercayaan yang dalam, dan menumbuhkan rasa damai bersama bagi semua yang memasukinya.


Perbedaan dalam Kepemimpinan: Pemberdayaan di atas dari Pengendalian

Di sinilah letak kekuatan transformatif bagi kepemimpinan. Berbeda dengan kepemimpinan direktif (yang mengarahkan), yang memaksakan kendali, memberi ruang justru memberdayakan. Praktik ini memelihara kapasitas orang lain untuk menjelajah dan tumbuh secara mandiri.


Pendekatan ini berakar pada kerendahan hati yang lebih mengutamakan kebutuhan orang lain daripada kebutuhan ego pemimpin untuk merasa benar. Pemimpin yang memberi ruang menyediakan tempat berlindung yang aman untuk eksplorasi, penelusuran dan penemuan diri.


Mereka bukanlah sumber jawaban; mereka adalah penjaga ruangĀ tempat jawaban dapat ditemukan. Di dalam lingkungan seperti ini, bukan lingkungan yang penuh tekanan atau arahan dari atas ke bawah, inovasi, kepercayaan, dan koneksi otentik dapat berkembang pesat.


Seni dan Praktik: Panggilan Anda untuk Memimpin

Memberi ruang melampaui keterampilan tradisional; ini adalah seni yang memanggil kita untuk hadir sepenuhnya dalam pengalaman manusia. Inilah jalinan yang menenun kepercayaan, pemahaman, dan pertumbuhan pribadi.


Saat kita mengolah seni ini, kita merangkul esensi kepemimpinan sejati, di mana transformasi muncul secara alami, didasarkan pada rasa saling menghormati terhadap kemanusiaan kita bersama.


Bagaimana memulai praktik Anda:

  1. Mulailah dengan Keheningan:Ā Anda tidak dapat memberi ruang bagi orang lain jika Anda tidak dapat menyediakannya untuk diri sendiri. Sebelum percakapan penting Anda berikutnya, ambil dua menit untuk menjadi hening. Sadari "kebisingan" Anda sendiri—penilaian Anda, agenda Anda, ketergesa-gesaan Anda. Jadilah "air tenang" seperti dalam kutipan di awal.

  2. Mendengarlah untuk Menggali, Bukan untuk Menjawab:Ā Dalam interaksi Anda berikutnya, tetapkan satu niat: untuk menjadi wadah. Lepaskan kebutuhan untuk memperbaiki, menasihati, atau berbagi cerita Anda sendiri. Sebaliknya, jadilah penasaran. Ajukan pertanyaan terbuka. Dan kemudian, nikmatilah keheningan itu.


Kembangkan seni ini, dan Anda tidak hanya akan mengubah tim Anda; Anda akan mengubah diri Anda sendiri.



Leksana TH

bottom of page